Rabu, 13 April 2011

PENGAJARAN IPS DAN ANAK


 
A.      Implikasi Keragaman Pendidikan Anak Terhadap Pengajaran IPS
Perhatian menjadi titik awal yang mengarah kepada belajar. Perhatian menjadi prasyaratan dalam belajar. Dengan adanya perhatian si pelajar  akan menghadirkan diri dan mereaksi sedemikian rupa terhadap terhadap stimulus. Dengan demikian terjadilah peristiwa belajar, walaupun mungkin tidak disadari sepenuhnya (Bugelski, 1973). Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan peristiwa berkesinambungan selama kita sadar merekasi terhadap setiap stimulus. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa belajar akan terjadi selama  seseorang memperhatikan apa yang dihadapinya.
Namun demikian dapat pula terjadi kita memperhatikan tetapi tidak berhasil mempelajari yang kita hadapi. Oleh karena itu, Bugelski (1973) menekankan perlunya belajar secara insidental, dalam arti belajar yang dirancang dengan baik secara terarah.
Sifat lain yang bertalian dengan gambaran di atas adalah bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan yang dekat. Kedekatan ini dapat bersifat sebenarnya maupun melalui sarana atau cara tidak langsung. Anak biasanya terpancing untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang dialaminya. Lebih – lebih akhir – akhir ini dunia pengalaman anak menjadi lebih luas. Bukan hanya dunia bacaan atau cerita, juga dunia melalui layat TV lebih mendekatkan anak kepada dunia yang lebih luas. Sehingga objek yang menjadi pusat perhatian menjadi lebih luas pula.
Perhatian anan menjangkau lapangan yag sangat luas. Anak – anak menyukai mulai dari berbagai cerita fiksi sampai kepada pengetahuan (Preston dan Herman, 1981). Di antara cerita fiksi ialah cerita fiksi realistik, cerita fantasi modern dan fantasi tradisional.
Selanjutnya ada sifat anak yang perlu mendapat perhatian kita. Pada umumnya anak – anak tertarik oleh cara kerja benda – benda. Hal ini tidak mengherankan karena umumnya anak tertarik oleh sesuatu yang bergerak. Akibatnya anak ingin mengetahui sebab terjadinya sesuatu.
B.      Sifat Ingin Tahu Anak.
Ditinjau dari segi belajar maka keingintahuan juga merupakan gerak awal menuju belajar. Keingintahuan merupakan dorongan untuk mengeksplorasi dunia sekeliling. Sehubungan dengan itu, anak yang rasa ingin tahunya besar biasanya mempunyai pengalaman yang luas, mempunyai kemampuan tinggi dan lebih berhasil dalam menghadapi dunia luar (Jersild, Teifod dan sawery, 1978).
Sifat ingin tahu biasanya bersifat spiralis (Cf; Meyer, 1981) artinya pada saat ingin tahu awal terpuaskan makaapa yang dihadapi telah berubah ke arah atasnya. Hal ini akan memacu keingintahuan berikutnya dan seterusnya. Dengan demikian maka sifat ingi tahu akan terus tertantang. Hal semacam ini akan lebih menantang pada anak daripada orang dewasa.
Namun demikian jika hasil eksplorasi itu memberikan pengalaman yang tidak memuaskan, hal ini akan menghambat eksplorasi berikutnya. Jadi guru perlu waspada dalam mendorong belajar, khususnya banyak bahan belajar IPS.
C.      Keaktifan Anak dan IPS.
Sifat anak yang paling menonjol adalah gerak perbuatannya. Anak Sekolah Dasar cenderung banyak bergerak. Anak kelas rendah lebih banyak bergerak dari kelas atasnya. Akan tetapi walaupun demikian anak – anak kelas VI pun masih nampak sangat menyukai gerak.
Gerak fisik pada anak hanya merupakan salah satu pertanda adanya keaktifan. Hal yang tidak kurang pentingnya ialah keaktifan pemikiran untuk belajar. Keaktifan pemikiran inilah yang sangat penting.  Sebagai contoh, seorang anak yang sedang membaca dengan suara keras tetapi tidak memahami isi bacaan tidak dapat dikatan “mengalami”. Dalam hali ini ia tidak mengahayati. Sebaliknya anak lain yang membaca dia mungkin menghayati isi bacaan tersebut. Dari luar tampak kurang aktif karena hanya menatap bacaan dengan tenang. Padahal mungkin ia sadang meresapkan makna yang dibacanya. Dalam peristiwa ini maka pengalaman terjadi, walaupun banyak disertai gerak. Peristiwa ini pun menapikan keaktifan.
D.      Daya Tarik IPS Bagi Anak.
Menurut kebanyakan pakar, bahwa IPS kurang populer di kalangan siswa. Berikut diungkapkan beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya (Preston dan Herman, 1981; Welton dan Mallan, 1981).
Pertama, kebanyakan orang tua lebih mementingkan bac tulis, hitung. Seringkali orang tua tidak terlalu mengkhawatirkan pengajaran IPS yang sering dogolongkan pelajaran lunak.
Kedua, anak – anak lebih menyukai baca, tulis, hitung. Dalam berhitung anak dapat mengetahui apakah pekerjaannya banar atau salah secara tegas. Demikian pula dalam membaca atau meneliti ejaan dapat dibedakan secara tegas.
Ketiga, dalam pengajaran IPS banyak konsep yang abstrak. Misalnya, tanggung jawab, kemajuan dan sejenisnya. Sebaliknya pada pelajaran IPA, para siswa mungkin membahas tentang kupu – kupu dan sejenisnya yang merupakan makhluk hidup yang jelas nampak.
Keempat, banyak bahan ajar yang adakalanya dirasakan oleh anak sudah diketahui dengan baik karena merupakan kejadian sehari – hari.
Kelima, mungkin yang dibahas di IPS sesuatu yang baru bagi siswa tetapi tidak searah dengan persepsi anak. Misalnya membahas tentang kerajaan Inggris. Mungkin anak akan bertanya untuk apa mempelajari hal itu.
Keenam, bahan belajar IPS yang mengungkapkan masalah kontroversial ditinggalkan katena kita menganggap bahwa anak belum cukup matang dalam mempelajari hal itu.
E.       Implikasi Perkembangan Anak Terhadap IPS
Yang perlu diperhatikan ialah bahwa setiap anak melalui tahap – tahap perkembangan kognitif. Jadi dalam merancang pengajaran IPS, guru – guru perlu mempehatikan beberapa hal :
1.       Pemilihan isi bahan belajar mulai dari fakta, konsep, generalisasi dan teori sampai pada kedalaman dan keluasan yang cocok untuk anak.
2.       Tata urutan bahan belajar yang ditata berdasarkan perkembangan kemampuan anak.
3.       Strategi pembelajaran.
F.       Tingkat Kesiapan Belajar Siswa Dalam IPS
Menurut Connel dan kawan – kawan, tingkat kesiapan belajar dapat dibagi atas kesiapan kognitif dan kesiapan afektif (Connel, et al., 1968).
Kesiapan kognitif bertalian dengan hal – hal tentang pengetahuan, berpikir dan penalaran. Kesiapan kognitif bergantung pada kematangan intelektual, latar belakang pengalaman, struktur pengetahuan yang telah dimiliki serta penyajian bahan belajar yang baru.
Kesiapan afektif berhubungan dengan motivasi untuk belajar. Kegagalan belajar biasanya karena kurang motivasi untuk belajar. Motivasi untuk berprestasi pada mereka kurang tinggi.


MEDIA PENGAJARAN IPS

A.      Kriteria Pemilihan dan Penentuan Media dalam Pengajaran IPS.
Dalam pembelajaran media memegang peranan sebagai alat yang diharapkan dapat mendorong belajar lebih efektif.
Yang tergolong dalam sarana untuk membantu pengajaran biasanya terbagi atas :
1.       Media komunikasi bahasa. Yang termasuk di sini adalah bahasa lisan dan bahasa tulis.
2.       Media komunikasi non verbal. Misalnya gambar, diagram dan sebagainya.
Sedangkan pembagian media menurut perkembangannya adalah:
1.       Media pengarajaran yang bersifat umum dan masih pada tingkat tradisional, misalnya papan tulis, buku – buku, majalah dan lain – lain.
2.       Media yang sifatnya canggih, misalnya audio visual. Tetapi ada pula yang bersifat visual saja seperti diagram, gambar, lukisan, grafik, poster dan lain – lain. Juga ada yang bersifat audio saja misalnya radio dan tape recorder.
3.       Media yang bersifat pembaharuan dengan melibatkan berbagai sarana permesinan yang memungkinkan siswa belajar mandiri. Misalnya komputer.
Masing – masing media memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Guru hendaknya memilih media yang memungkinkan memenuhi kebutuhan  siswa yang beraneka ragam. Media yang dipilih adalah yang dapat memberikan pengembangan tingkat belajar yang bermakna untuk masing – masing siswa yang berbeda.
Adapun kriteria pemilihan media adalah :
1.       Dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.       Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
3.       Dapat melayani kebutuhan siswa yang berbada – beda.
4.       Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih atau populer.
Alasan Menggunakan Media pengajaran
Media memungkinkan kita mencapai peristiwa yang langkah dan sukar dicapai. Misalnya Proklamasi Kemerdekaan 1945 akan sulit disaksikan. Tetapi dengan adanya foto – foto peristiwa tersebut, kita akan merasa lebih dekat seolah – olah kita menyaksikannya.
Alasan berikutnya, media memungkinkan pengamatan. Misalnya mengamati suatu wilayah tentu akan sulit dilaksanakan secara menyeluruh. Tetapi dengan menggunakan peta, kita akan memperoleh gambaran keseluruhan.
B.      Pengembangan Media Pengajaran IPS
Umumnya kita menggunakan media yang sudah jadi. Namun banyak juga media yang dibuat sendiri oleh guru. Banyak keuntungan yang dapat diraih dalam mengembangkan alat – alat sendiri. Anak – anak sendiri terdorong untuk menggunakan tenaganya secara kreatif. Misalnya anak diajak dan dibimbing menyusun grafik batang mengenai absen sekolah. Kegiatan seperti ini disamping menjadi persiapan kepada pemakaian media juga menjadi alat pendorong keaktifan dan pengalaman bermakna. Papan pamer dapat diisi grafik, gambar, guntingan koran, tulisan anak – anak dan bermacam – macam informasi yang bertalian  dengan bahan pengajaran IPS.
C.      Penggunaan Media Pengajaran IPS.
Penggunaaan Papan pamer seyogyanya mendorong anak – anak untuk berdiskusi, jadi harus penuh dengan informasi yang menantang. Diharapkan isi papan pamer dapat memperkaya bahan belajar IPS. Diskusi tentang apa yang akan menjadi isi papan pamer juga dapat mendorong keaktifan dan kreativitas siswa.


STRATEGI PEMBELAJARAN IPS DI KELAS TINGGI
A.      Metode – Metode Pengajaran IPS
Metode adalah cara yang efisien yang digunakan oleh guru menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode yang dapat dianggap lebih sempurna dari metode yang lain. Masing – masing metode mempunyai keunggulan dan kekurangan. Karena itu dalam proses pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode.
Pemilihan metode pengajaran IPS hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan IPS. Tujuan pendidikan IPS menurut Edwin Fenton adalah:
1.       Pemerolehan pengetahuan.
2.       Pengembangan keterampilan inkuiri
3.       Pengembangan sikap – sikap dan nilai – nilai.
B.      Alat dan Sumber Belajar IPS
Alat dan sumber belajar IPS dapat dikelompokkan dua bagian, yaitu:
1.       Materi bacaan. Misalnya buku teks, ensiklopedia, referensi jurnal (majalah, pamflet, klipping guntingan surat kabar) brosur perjalanan, majalah sekolah dan barang cetakan lainnya.
2.       Materi bukan bacaan. Misalnya gambar – gambar, film, rekaman – rekaman, peta, globe dan sumber yang berasal dari masyarakat.
Mengundang anggota atau tokoh masyarakat setempat ke kelas untuk berbicara dengan siswa tentang topik tertentu yang berhubungan dengan profesinya, misalnya dokter, pengarang, wartawan dan lain – lain.
C.      Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan kombinasi dan prosedur atau cara kerja khusus (seperti urutan pertanyaan) dikelompokkan dan diatur dalam suatu urutan yang jelas juga dapat digunakan dalam kelas untuk melaksanakan tujuan pembelajaran.
Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1.       Untuk pengembangan berpikir (kognitif)
2.       Untuk pengembangan nilai (afektif).
D.      Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Sehubungan perencanaan dan pelaksanaan pembelajarn ini, ada tiga tujuan yang harus diperhatikan :
1.       Tujuan jangka pendek, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan beberapa jam pelajaran atau TIK.
2.       Tujuan jangka menengah, yaitu tujuan yang ingin dicapai selama pelaksanaan satu unit pelajaran.
3.       Tujuan jangka panjang, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam masa satu  tahun ajaran.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini beberapa hal perlu mendapat perhatian, yaitu :
1.       Materi pelajaran.
2.       Metode mengajar.
3.       Alat, sumber belajar dan media.
4.       Pemanfaatan lingkungan sekolah.
5.       Pemanfaatan ruang kelas.
6.       Pemanfaatan lingkungan.
7.       Pemanfaatan waktu.
8.       Pemanfaatan perpustakaan dan laboratorium.


EVALUASI PENGAJARAN IPS DI KELAS TINGGI
A.      Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran IPS
Ada tiga istilah yang sering digunakan dan orang sering mencampuradukkan ketiga istilah tersebut. Ketiga istilah tersebut adalah tes, pengukuran dan evaluasi.
Istilah Evaluasi
Evaluasi pertama kali dilakukan oleh Rice pada akhir abad ke – 19. Pada waktu itu Rice melakukan penelitian mengenai hasil belajar siswa menurut model yang kita kenal saat ini. Menurut Stake (1967) evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan nilai suatu program. Menurut Stake, suatu kegiatan penilaian langsung dilakukan oleh orang yang mengadakan evaluasi. Persyaratan ini penting untuk menjamin agar data yang diperoleh benar – benar berasal dari sumber yang dimaksud. Selain itu, pengamatan langsung harus pula memenuhi kriteria objektivitas.
Istilah Pengukuran.
Stake menyatakan bahwa dalam suatu evaluasi harus ada sesuatu yang dikumpulkan menurut prosedur tertentu. Stake secara langsung menyebutkan sebagai pengukuran. Sedangkan menurut Phopham, pengukuran berhubungan dengan angka. Pengertian angka di sini bukanlah pengertian harfiah. Jadi tidak selalu dalam arti angka 1, 2, 3 dan seterusnya seperti yang kita senal selama ini. Juga termasuk dalam pengertian angka apabila kita mempergunakan huruf A, B, C dan seterusnya. Dalam kedua pengertian ini apakah kita gunakan rentangan angka 1 – 10, 1 – 100, A – G, tidaklah menjadi soal. Yang terpenting dari hasil pengukuran itu ada suatu sistem angka yang diberikan.
Istilah Tes
Menurut Mehrens dan  Lehmann (1978) dalam bukunya “Measurement and Evaluation in Education and Psykology” mengatakan bahwa tes adalah “menyatakan pemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk dijawab.” Tentu saja tidak hanya merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang tersusun rapi. Tetapi pertanyaan – pertanyaan itu harus pula memenuhi persyaratan tertentu.
Pertanyaan – pertanyaan itu merupakan mata jaring untuk memperoleh bukti atau data. Jawaban dari pertanyaan – pertanyaan inilah yang diberi angka atau jumlah angka terhadap kondisi siswa yang diharapkan dengan tes.
Jadi jelas bahwa ketiga istilah tersebut di atas mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Tetapi perbedaan itu tidak lepas satu sama lain bahkan saling berkaitan.
Evaluasi merupakan lingkaran yang paling besar menaungi lingkaran pengukuran dan tes. Pengukuran adalah lingkaran kedua yang menaungi lingkaran tes yang merupakan lingkaran terdalam.
B.      Bentuk – Bentuk Evaluasi dalam Pengajaran IPS
Di Indonesia umumnya digunakan tes objektif dalam mengukur tes prestasi belajar siswa di sekolah – sekolah.
Tes objektif dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1.       Isian, yang berupa jawaban singkat.
2.       Pilihan, yang meliputi :
a.       Pilihan Alternatif.
b.      Menjodohkan.
c.       Pilihan Ganda.
C.      Pemeriksaan Soal, Analisis dan Interpretasi Hasil Belajar Siswa
1.       Pemeriksaan Soal.
2.       Analisis dan Interpretasi hasil belajar siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar