Rabu, 13 April 2011

PERKEMBANGAN AGAMA – AGAMA DI INDONESIA



 
A.      Pendahuluan.
Agama bagi kehidupan manusia merupakan undang – undang dasar dan pedoman hidup (way of life). Agama di dunia ini banyak, beraneka ragam dan mempunyai asal – usul dan sejarah sendiri – sendiri. Ini merupakan realitas dunia yang tak dapat dielakkan.
Mempercayai Tuhan pencipta alam semesta ini meupakan fitrah manusia sejak lahirnya. Umur kepercayaan kepada Tuhan setua umur manusia itu sendiri, sebab Nabi Adam a.s. nenek moyang manusia begitu dilahirkan telah dibekali ilmu pengetahuan dan diangkat menjadi nabi dengan tugas mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan bagi anak cucunya.
Manusia mempunyai sifat mempercayai Tuhan dengan bukti. Apabila manusia melihat alam yang terbentang luas ini, maka timbul dalam hati sanubarinya suatu pertanyaan siapa yang menciptakan alam ini. Dalam melahirkan kepercayaan ini sama saja antara orang yang pandai dan yang bodoh, antara orang tua dan kanak – kanak. Hanya tentang jawabannya yang berbeda – beda, itulah yang menyebabkan lahirnya berbagai faham agama.[1]
B.      Pengertian Agama.
Di kalangan masyarakat, terutama pembahasan yang dilakukan para ahli, istilah agama sering dikaitkan dengan pengertian dien, religie dan religion.
Adapun kata agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dsb) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban – kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.[2]
Sedangkan menurut sebagian para ahli, agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “a” yang berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau.” Maka agama berarti tidak kacau atau teratur. Dengan demikian agama itu peraturan, yaitu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan hidup bersama.[3]
Sedang “dien” adalah kata Arab. Menurut H. Moenawar Chalil, kata dien mempunyai arti 1) cara atau kebiasaan; 2) Peraturan; 3) Undang – Undang ; 4)Patuh; 5) Menunggalkan Ketuhanan; 6) Pembebasan; 7) Perhitungan; 8) Hari Kiamat; 9)Nasehat; 10) agama. [4]
Secara singkat dapatlah disimpulkan bahwa walaupun agama, dien maupun religie memiliki asal – usul sendiri – sendiri, namun dalam arti teknis, istilah – istilah tersebut tetap mempunyai makna yang sama. Agama (bahasa Indonesia); dien )bahasa Arab) ; religion (bahasa Inggris).
C.      Perkembangan Agama – Agama Di Indonesia.
Untuk menyebut suatu agama yang sering dianut oleh suku – suku bangsa khususnya di Indonesia  biasanya menggunakan kepercayaan asli. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kepercayaan asli merupakan bentuk kerohanian yang khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pada tiap – tiap suku bangsa di Indonesia,  kepercayaan asli itu berkembang bebas dan berdiri sendiri.
1.       Animisme – Dinamisme.
Sebelum agama Hindu dan Buddha berkembang, kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan asli bangsa Indonesia. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kedua kepercayaan itu sudah berakar kuat.
Dinamisme berasal dari kata Yunani “dynamis” yang artinya kekuasaan, kekuatan, khasiat. Dinamisme adalah kepercayaan kepada satu daya kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi yang dianggap halus dan berjasad, semacam benih pusaka keramat yang dpat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki.[5]
Secara sederhana, dinamisme dapat diartikan suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib, seperti gunung, batu, pohon, api, dll. Bahkan benda – benda buatan manusia pun diyakini juga memiliki kekuatan gaib.
Sedangkan animisme adalah berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti nyawa. [6] Animisme sendiri berarti keyakinan bahwa di luar diri manusia ada kekuatan lain.[7]
Bukti – bukti mengenai adanya praktek kepercayaan ini terlihat dari hasil penggalian kuburan – kuburan kuno di beberapa tempat di Indonesia, seperti Bali, kalimantan dan Jawa.

2.       Hindu.
Agama Hindu di Indonesia adalah agama rakyat yang sejak zaman dahulu belum pernah mendapat penerangan yang lengkap sehingga berakibat  mereka menyebut dirinya agama dengan bermacam – macam nama berdasarkan kepercayaan objek seperti agama wisnu, agama Indera, agama Brahma, agama jawi Wisnu, agama Hindu Bali dan lain – lain yang kesemuanya mempunyai dasar ajaran yang sama.[8]
Namun dari berbagai catatan sejarah, agama Hindu pertama kali berkembang di India kira – kira tahun 2000 – 1000 S.M. Agama ini dikembangkan oleh bangsa Arya, mereka adalah kaum yang memisahkan diri dari bangsa Iran dan masuk ke India di bagian utara.
Sumber sejarah tertua yang dapat menunjukkan pengaruh India di Indonesia adalah prasasti yang ditemukan di Kutai, Kalimantan timur sekitar abad ke – 5. Dari prasasti tersebut diketahui bahwa pada masa raja Mulawarman agama Hindu sudah berkembang. Kemudian menyusul prasasti yang ditemukan di Jawa Barat yang menunjukkan adanya kerajaan yang bercorak Hindu dengan rajanya Purnawarman. Prasasti  tersebut  berhuruf Pallawa dengan bahasa sangsekerta.[9]
Agama Hindu didasarkan kepada kitab Weda. Weda artinya mantra. Kitab suci Weda lambat laun menjadi sumber sejarah dan agama, dasar susunan masyarakat dan undang – undang.
Salah satu yang membedakan masyarakat Hindu dengan masyarakat lainnya di Indonesia karena adanya golongan – golongan yang eksklusif dan berdiri sendiri di kalangan masyarakat Hindu yang di sebut kasta. Tiap kasta mempunyai kedudukan sosial yang sangat tajam batas – batasnya. Kasta dalam masyarakat Hindu ditentukan oleh kalahiran seseorang dan tidak dapat diubah oleh prestasi apapun.
Golongan kasta itu antara lain:
a.       Brahmana yang terdiri dari golongan pendeta dan ulama.
b.      Ksatrya yaitu para perwira, tentara dan pegawai negeri.
c.       Waisya yaitu kaum buruh, tani dan saudagar.
d.      Sudra yaitu hamba sahaya dan orang – orang yang mengerjakan pekerjaan hina.
Perlu diketahui bahwa anggota kasta tersebut tidak diizinkan  berhubungan satu dengan yang lainnya begitu saja, misalnya dalam perkawinan antara kasta yang berlainan.
Bagi ummat Hindu, percaya kepada dewa – dewa merupakan hal yang mutlak. Diantara dewa – dewa yang terpenting bagi ummat Hindu adalah dewa Agni (api), Indra (petir), Wisnu (air), Rudra (siwa), Candra dan yang lainnya.
Selain itu agama Hindu mempunyai banyak hari raya (hari suci) yang wajib diperhatikan oleh ummatnya, diantaranya : Hari raya Galungan (hari kebangkitan menentang penderitaan), Hari raya Kuningan (hari raya kemenangan), Hari raya sarwaswati (hari lahirnya kitab Weda),  Hari raya Siwaratri (malam penebusan dosa; berpuasa tidak makan selama 24 jam), hari raya Nyepi atau tahun baru Saka.
Tempat peribadatan ummat Hindu adalah Pura.

3.       *Buddha.
Kata Budha terbentuk dari kata kerja “budh” yang artinya bangun; bangun dari kesadaran dan keluar ditengah – tengah cahaya pemandangan yang benar. [10]
Buddha bukan nama orang melainkan gelar. Nama pendiri agama Buddha ialah Sidarta Gautama atau biasa juga disebut Cakyamuni, artinya orang tapa dari suku turunan Cakyas.[11] Ia adalah anak raja Sudhodana di daerah Kapilawastu (negara Nepal sekarang), di lereng pegunungan Himalaya pada tahun 566 S.M. Namun setelah dewasa, ia memilih keluar dari istana dan pergi mengembara mencari pengetahuan batin. Kemudian ia menghadap dewa Brahma dengan memohon kepadanya atas nama para dewa dan atas nama semua manusia, supaya menyiarkan pengetahuannya yang akan menyinari dunia ini. Sejak saat itulah Sidarta menjadi Buddha yang artinya yang disinari. Menurut beberapa catatan sejarah, peristiwa itu terjadi pada tahun 531 S.M dan pada waktu itu Sidarta berusia 35 tahun.[12]
Sekitar abad ke VII M, agama Buddha masuk ke Indonesia dan kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha. Pada saat itu sudah terdapat perguruan tinggi agama Buddha dan diasuh sekitar 1.000 orang Biksu.
Pada abad ke VIII M agama Buddha telah berkembang di Jawa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya candi Borobudur, candi Kalasan dan candi Sewu.
Pada masa kerajaan Singasari dan Majapahit agama Buddha mencapai puncak kejayaaannya. Namun dalam perkembangannya agama Buddha dan Hindu terjadi perpaduan yang harmonis, bahkan bagi pengikut Buddha di Jawa Tengah tidak membedakan antara dewa dalam agama Hindu dengan dewa dalam agama Buddha.
Buddha Gautama sendiri bukanlah Tuhan atau penjelmaan Tuhan di bumi ini, melainkan seorang manusia biasa. Dalam agama Buddha tidak pernah diajarkan bahwa seorang Buddha itu menjadi pencipta alam ini, melainkan hanya guru yang memberikan pengajaran yang  benar kepada manusia. Agama Buddha lebih tepat disebut “The Philosophy Of life” (Filasafat hidup).
Sesungguhnya agama Buddha seperti dewasa ini tidak dapat disebut agama dalam arti yang sesungguhnya karena tidak ada dalam ajaran Buddha tentang Tuhan, kewajiban manusia terhadap Tuhan seperti agama – agama lainnya. Agama Buddha hanya mengajarkan kebajikan dan mengekang hawa nafsu yang akan mengantarkan manusia ke nirwana (surga) seperti yang tertuang dalam kitab Tripitaka, kitab suci ummat Buddha. Para rahib/ Biksu kepalanya harus gundul dan berpakaian kuning. Mereka tinggal di Biara/ Kuil (tempat ibadah), di situ mereka tafakkur dan bersemedi untuk mencapai tingkat Buddha.
4.       Islam
Islam adalah agama samawi (langit) yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusan-Nya, Muhammad saw. yang ajaran – ajarannya terdapat dalam kitab suci Al – Quran dan sunnah dalam bentuk perintah – perintah, larangan – larangan, petunjuk – petunjuk untuk kebaikan ummat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. [13]
Kata Islam sendiri berasal dari bahasa Arab, aslama, yuslamu, islam, mepunyai beberapa arti, yaitu : (1)melepaskan diri dari segala penyakit lahir dan bathin,(2) kedamaian dan keamanan, (3) ketaatan dan kepatuhan.[14]
Tidak ada catatan sejarah yang jelas mengenai kapan Islam mulai ada di Indonesia. Namun, para pedagang muslim asal Arab, Persia dan India telah sampai ke Indonesia untuk berdagang sejak abad VII M. [15] Namun berdasarkan laporan Cina (masa dinasti T’ang) pada sekitar abad VIII dan abad IX di Sumatera telah bermukin orang – orang Arab dan Persia yang menganut Islam.
Marcopolo dalam catatan perjalanannya menceritakan bahwa sekitar tahun 1292 di daerah Perlak (sekarang Aceh) menjumpai penduduk yang sudah beragama Islam. Hal itu dibuktikan dengan adanya makam raja – raja Islam yang ditemukan di Samudera Pasai yang bertuliskan  bulan Ramadhan 676 Hijriah atau tahun 1297 Masehi telah dimakamkan Sultan Malik al – Shaleh.[16] Ini menunjukkan bahwa pada masa itu atau sekitar abad XII telah ada satu kerajaan Islam di Indonesia.
Sementara perkembangan Islam di Jawa seiring dengan melemahnya kerajaan Majapahit. Hal ini memberi peluang kepada raja – raja  Islam di daerah pesisir untuk membangun pusat kekuasaan. Di bawah bimbingan Wali Songo, kerajaan Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai pusat kerajaan di Jawa.
Masuknya Islam di Indonesia Timur sejak abad ke – 14 M, Islam telah datang ke daerah Maluku. Demikian juga di Banda, Hitu, makyan dan Bacan. Orang telah memeluk Islam  sekitar tahun 1460 – 1465 M. Islam masuk ke Maluku melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.
Kalimantan Timur pertama kali diislamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tunggang Parangan. Kedua mubalig ini datang ke Kutai setelah orang – orang Makassar di Islamkan. Proses islamisasi di Kutai diperkirakan sekitar tahun 1575 M.
Pada awal abad ke – 16 M, di Gowa dan Tallo telah memeluk Islam. Raja – rajanya masuk Islam secara resmi pada tanggal 22 sepetember 1605 M. Setelah resmi memeluk Islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng, Wajo dan Bone. Kerajaan – kerajaan tersebut pun masuk Islam antara tahun 1610 – 1611 M.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran – saluran islamisasi yang berkembang di Indonesia ada 6, yaitu :
a.       Saluran perdagangan
b.      Saluran perkawinan
c.       Saluran tasawuf
d.      Saluran pendidikan
e.      Saluran kesenian
f.        Saluran politik.[17]
Sumber utama ajaran islam adalah al – Quran, yaitu wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril, dan Sunnah, yaitu segala perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi Muhammad saw. Kedua sumber utama ini mengandung perintah, larangan, petunjuk, penjelasan dan prinsip dasar yang menjadi pedoman bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan mereka di dunia.
Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Aspek Akidah misalnya mengajarkan kepada penganutnya untuk mengesakan Allah SWT, mendekatkan diri kepada – Nya. Dalam aspek ibadah, islam memerintahkan manusia untuk beribadah dalam bentuk amalan – amalan yang secara langsung kepada Allah misalnya shalat, puasa, zakat dan haji. Ajaran Islam juga menganjurkan ummatnya untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran serta medorong ummatnya untuk mendalami dan menguasai ilmu pengetahuan dan peradaban.
5.       Kristen (Nasrani).
Nama Kristen diambil dari nama Kristus, gelar kehormatan keagamaan buat Yesus dari Nazareth. Kristus berasal dari bahasa Yunani dari perkataan Messias dalam bahasa Ibrani, yang berarti diurapi. Istilah ini berasal dari kebiasaan bangsa Israil kuno yang tidak memahkotai rajanya tetapi mengurapinya. [18]
Agama Kristen disebut juga agama Nasrani. Kata Nasrani berasal dari kota Nazareth, yaitu desa kecil yang terletak di kaki bukit sebelah selatan Yerusalem. Dalam bahasa Arab disebut Nasirah. Dikatakan Nasirah karena bangunan rumah penduduknya dibangun dari batu – batu putih.
Agama ini dibawa oleh Nabi Isa a.s. (Isa al – Masih). Nabi Isa diangkat menjadi rasul pada usia 30 tahun. Sejak saat itu, beliau memulai tugas menyebarkan agamanya dan hanya berjalan 3 tahun. Pengikutnya banyak juga, tetapi bangsa Yahudi banyak yang tidak percaya dengan kebenaran yang dibawanya. Akhirnya, para ketua Yahudi memutuskan Isa al – Masih harus dibunuh dengan disalib di sebuah tempat yang bernama Golgota. Namun menurut Al – Quran orang yang disalib itu bukan Nabi Isa a.s. melainkan seorang yang diserupakan dengannya yang bernama Yudas Iskariot.
Dalam agama Kristen terdapat beberapa jemaat atau perkumpulan yang pada akhirnya membuat agama kristen terpecah menjadi beberapa golongan. Golongan – golongan yang terkenal hingga saat ini ialah:
a.       Kristen Katolik.
Arti Katolik ialah jelata umum (rakyat biasa) sebab ia mengaku merupakan guru dari aliran Kristen yang lain dan ia sendiri yang menyebarkan agama Kristen di muka bumi ini. Kristen katolik ini dikepalai oleh seorang pendeta tertinggi yang disebut “Paus.” Paus mempunyai pembantu dalam urusan politik dan administrasi yang disebut “Kardinal.” Di bawah Paus ada pendeta – pendeta yang berpangkat “Uskup” dan dibawahnya lagi ada “Pastor.”
Paus berpusat di kota Roma, di istana Vatikan. Ia mengepalai Gereja Katolik sebagai wakil Yesus di bumi. Kekuasaan seorang Paus tidak terbatas, jika ia memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan ajaran agama atau mengenai kelakuan seseorang, maka keputusan itu harus ditaati oleh ummat Katolik, karena keputusannya itu dianggap tidak mungkin salah.[19]
b.      Kristen Protestan.
Gerakan renaisans di benua Eropa pada abad XV membawa perubahan besar dalam Gereja Katolik Roma. Orang lebih kritis terhadap apa yang diajarkan pihak Gereja. Galileo dipaksa mengingkari keyakinannya di muka umum bahwa bumilah yang bergerak mengelilingi matahari. Sedangkan menurut ajaran Gereja, mataharilah yang mengelilingi bumi.
Salah seorang biarawan yang sangat gencar melawan Gereja Katolik adalah Dr. Martin Luther. Ia berasal dari Jerman. Ia memprotes kekuasan Gereja Katolik Roma dan akhirnya memutuskan hubungan dengan Katolik Roma. Dalil yang tulisnya antara lain menentang praktek pengampunan dosa. Dia berpendapat bahwa setiap orang dapat secara langsung memperoleh berkat dari Tuhan tanpa harus melalui perantaraan Paus di Roma. Ajaran Luther dengan cepat meluas di eropa karena memperoleh dukungan dari penguasa Jerman, Denmark dan Swedia.[20]
Dengan diterimanya ajaran Martin Luther yang berbeda dengan ajaran Katolik Roma, digunakanlah nama Kristen Protestan.  Namun bagi Katolik Roma, Martin Luther telah dianggap murtad sehingga ia dikutuk dan dikucilkan.
a.       Kristen Ortodoks.
Gereja ini dinamakan Gereja Roma Ortodoks atau Gereja Roma Yunani karena kebanyakan pengikutnya bersal dari Romawi Timur dan negera – negara Timur seperti Rusia, Balkan dan Yunani. Pusat asalnya dari Konstantinopel di masa Michael Karolarius.
Ajaran Kristen Ortodoks ini tetap menggunakan ajaran Gereja Katolik Roma, hanya saja gereja – gereja mereka otonom, masing – masing  gereja Ortodoks mempunyai organisasi sendiri dan tidak berpusat di Roma seperti pada Katolik Roma.
Pokok ajaran Kristen adalah Tri Tunggal (Trinitas).Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang manunggal. Dalam Alkitab dijelaskan tentang Allah Bapa, tentang Yesus Kristus dan Roh Kudus. Meskipun dalam 3 wujud tapi pada dasarnya semua ummat kristen mengakui bahwa hanya ada satu Allah yang Maha Esa.
Kitab suci ummat Kristen adalah Bibel, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah Kitab yang ditulis sebelum lahirnya Isa al – Masih yang terdiri dari 39 kitab. Sedangkan Perjanjian Baru ialah Kitab yang ditulis sesudah Isa Al – Masih, yaitu terdiri dari 27 kitab, yang dibagi dalam 3 macam yaitu: 5 buah Buku – Buku Kissah, 21 Surat – Surat Kiriman dan Buku Wahyu.[21]
Pada awal abad ke ke – 16 orang – orang Eropa mulai tiba di Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk berdagang, khususnya membeli rempah – rempah. Namun karena dampak perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Renaisanse di Eropa, bangsa – bangsa Eropa berlomba mencari wilayah baru, baik untuk kepentingan ekonomi maupun untuk kepentingan agama (penyebaran agama Kristen).[22]
Pada tahun 1511 M, Portugis yang dipimpin oleh Antonio d’Abreau dan Francisco Serrao tiba di Maluku. Portugis kemudian bersahabat dengan Kerajaan Ternate di Maluku Utara. Pada tahun 1522, mereka mendirikan benteng Sao Paulo. Namun pada tahun 1575 mereka meninggalkan Maluku karena rakyat Ternate tidak menyukai hak monopoli dagang dan kegiatan Kristenisasi yang dilakukan Portugis.[23]
Kristen Protestan pertama kali masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya orang-orang Belanda/VOC, yakni pada permulaan abad ke-17. Di antara para pegawai VOC ada orang-orang yang beraliran Protestan (kendati sangat sedikit), dan mereka inilah yang pertama kali mendirikan Gereja Protestan di Indonesia. Di kemudian hari aliran ini masuk dengan lebih deras lagi ke Indonesia   bersamaan dengan masuknya para penginjil Rheinische Missions-gesellschaf (RMG), secara khusus di Sumatera Utara mulai tahun 1861.
                                Pada tahun tersebut Jebes Carey, penginjil dari Baptist Missionary Society (lembaga pekabaran Injil Baptis yang sangat besar di Inggris), diutus untuk bekerja di Maluku. Selain Jabes Carey, pada kurun waktu 1813-1857 ada sekitar 20 penginjil Baptis yang bekerja di Indonesia. Yang patut dicatat adalah dua penginjil pertama di Tanah Batak, Richard Burton dan Nathaniel Ward. Mereka masuk ke sana pada tahun 1824, ketika Inggris masih berkuasa atas pulau Sumatera. Tetapi mereka tidak berhasil menobatkan satu orang Batak pun. Hasil yang cukup besar justru terjadi di Irian Jaya/Papua, dimana The Australian Baptist Missionary Society mengabarkan Injil sejak tahun1938. Selain itu atas usaha Indonesian Baptist Mission  yang bekerja di Pulau Jawa sejak tahun 1951, di pulau tersebut (juga di Sumatera) berkembang beberapa jemaat Baptis. Di beberapa daerah lain, seperti di Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara, juga terdapat jemaat-jemaat Baptis.
Disamping agama – agama yang telah disebutkan di atas, masyarakat Indonesia juga menganut beberapa agama, diantaranya agama Kong Fu Tse ( Kong Hu Cu) yang mayoritas di anut oleh warga keturunan China. Selain Kong Hu Cu, agama Taoisme juga banyak dianut oleh warga keturunan China, mengingat kedua agama tersebut merupakan agama nenek moyang bangsa Tionghua (China).
D.      Kesimpulan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa agama yang di anut oleh warga negara Indonesia, diantaranya: Hindu, Buddha, Islam dan Kristen. Disamping agama tersebut, sebagian masyarakat juga masih menganut kepercayaan Animisme – dinamisme terutama masyarakat pedalaman. Sedangkan agama Kong Hu Cu dan Taoisme banyak dianut oleh warga negara keturunan Tionghua (China).











DAFTAR PUSTAKA
Chalil, Moenawar, H., Definisi dan Sendi Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet ke – 4, Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve, 1997.

Effendhie, Machmoed, Sejarah Budaya, Cet  ke – 1, Jakarta: Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan, 1999.

Imran, Amran & Saleh A. Djamhari, Sejarah Nasional dan Umum 2, Jakarta: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan,1999.

Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam (Studi Kritis dan Refleksi Historis), Cet ke – 3, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Rifai, Moh., Perbandingan Agama, Cet ke – 8, Semarang: Wicaksana, 1984.

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet Ke – 3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Tjandrasasmita, Uka,  Sejarah Nasional Indonesia III, jakarta: PN Balai Pustaka, 1984.

Yatim, Badri, Dr. M.A, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Cet. Ke-11, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.








[1] Moh. Rifai, Perbandingan Agama, Cet ke – 8, (Semarang: Wicaksana, 1984), hlm. 13.

[2] Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet Ke – 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm, 9.

[3] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam (Studi Kritis dan Refleksi Historis), Cet ke – 3, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 28.
[4] H. Moenawar Chalil, Definisi dan Sendi Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 13.
[5] Moh. Rifai, op. cit., hlm. 117.
[6] Ibid., hlm. 118.
[7] Machmoed Effendhie, Sejarah Budaya, Cet  ke – 1, (Jakarta: Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan, 1999), hlm. 41.
[8] Moh. Rivai, op. cit., hlm. 122.
[9] Machmoed Effendhie, op. cit., hlm. 54.
[10] Moh. Rifai, op. cit., hlm. 92.
[11] Ibid., hlm. 92.
[12] Ibid., hlm. 94.
[13] Dewan redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet ke – 4, (Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve, 1997), hlm. 246.
[14] Ibid.
[15] Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam (Dirasah Islamiyah II), Cet. Ke – 11, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 191.
[16] Ibid., hlm. 74
[17] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm. 122
[18] Moh. Rifai, op. cit., hlm. 46.
[19] Moh. Rifai, op. cit., hlm. 58.

[20] Amran Imran & Saleh A. Djamhari, Sejarah Nasional dan Umum 2, Cet ke – 2,( Jakarta: Dep. Pendidikan & Kebudayaan, 1999), hlm. 7.
[21] Moh. Rifai, op. cit., hlm. 48.
[22] Amran Imran, op. cit., hlm. 16.
[23] Ibid., hl. 17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar