Selasa, 19 April 2011

PERKEMBANGAN KALIGRAFI DI SULAWESI SELATAN



A. PERIODE AWAL
            Tulisan Arab, dapat dipastikan masuk ke Sulawesi Selatan beriringan dengan masuknya Agama Islam. Selanjutnya segala kebutuhan alat perlengkapan yang diapaki oleh peserta kaligrafi ketika itu masih terbatas dan tertentu sejak zaman keemasan kerajaan Islam di Gowa dan Tallo Sulawesi Selatan.
            Namun tulisan Arab sebagai tulisan indah (Kaligrafi) mulai berkembang di Sulawesi Selatan pada tahun 1930 - an, merujuk kepada tahun berdirinya Pesantren As’adiyah di Sengkang Kabupaten Wajo sekitar tahun 1932 sebagai pesantren pertama di Sulawesi Selatan, yang beberapa tahun kemudian telah mengajarkan kaligrafi kepada santri - santrinya tentang penulisan anatomi huruf ketika itu, hanay didasarkan kepada rasa keindahan, belum mengenal kaidah Khat’iyyah yang baku serta peralatan yang digunakan pun masih sederhana. Hal demikian disebabkan karena keterbatasan tenaga ahli di bidang kaligrafi ini dan minimnya peralatan.
            Pada tahun 1960 - an, kaligrafi mulai dilombakan mengiringi muktamar pertama As’ adiyah Sengkang Kabupaten Wajo. Penilaian kaligrafi ketika itu belum mengacu kepada standar kaedah Khat’iyah yang diletakkan oleh Kaligrafer Dunia Ibnu Muqlah (yang kini telah  diterapkan dalam setiap lomba. Penampilan kaligrafi pun masih sangat sederhana, hanya hitam di atas putih, belum menerapkan hiasan dan warna sebagai unsur pendukung.
B. PERIODE LANJUTAN (MTQ)
            Sejak kaligrafi masuk dalam pesta MTQ sebagai salah satu cabang yang diperlombakan, kaligrafi semakin menampakkan wujudnya sebagai sebuah karya seni Islam yang agung. Kaligrafi tampil lebih menarik, selain garis lurus dan lengkungan huruf - hurufnya semakin mendekati kaedah Khat’iyyah juga karena telah dipadu dengan berbagai unsur seni yang lain seperti kepada tiga golongan lomba pada setiap pelaksanaan MTQ, yaitu: golongan Naskh, mushaf dan dekorasi.
            Golongan naskh menggambarkan “Naskah biasa” tidak dihias dengan ornamen, “golongan hiasan mushaf” menggambarkan halaman pertama al - Quran yang memuat surah al - Fatihah, sedangkan “dekorasi” menggambarkan kaligrafi interior. Golongan kedua dan ketiga ini sarat dengan ornamen dan kaya akan  warna sehingga memiliki daya tarik yang luar biasa.
            Namun demikian, sejauh ini kaligrafi - kaligrafi asal Sulawesi Selatan belum berhasil baik dalam pesta MTQ Tingkat Nasional karena kaligrafi dari daerah lain       ( Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur) jauh lebih berkembang.
            Dengan berdirinya Lembaga Kaligrafi Azzuhrifiah pada tanggal 21 Juli 2002 dan Himpunan Kaligrafi Sulawesi Selatan di Kabupaten Selayar pada tanggal 25 April 2003 pembinaan kaligrafi di Sulawesi Selatan diharapkan lebih terarah, berkembang dan berkesinambugan.
(Sumber Majalah Al - Marhamah No. 71 Th. VI / Juni 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar